Buah jamblang merupakan buah musiman atau tidak bisa berbuah di setiap waktu. Karena hanya berbuah di waktu tertentu saja yang membuat buah ini menjadi objek buruan bagi beberapa orang.
Buah jamblang merupakan buah yang memiliki warna keunggu-unguan dan memiliki bentuk seperti buah anggur. Hal inilah yang membuat buah jamblang terlihat menggoda untuk dimakan.
Saya teringat, ketika saya duduk di bangku kelas 6 SD saya bersama teman sebangku dan beberapa teman lainnya kerap berburu buah ini untuk kita nikmati cita rasanya. Biasanya saya memakan ini ketika saya sedang mengalami sariawan. Saya beranggapan buah jamblang memiliki kandungan vitamin C karena rasanya yang asam-manis.
Waktu itu di hari Sabtu. Ketika pelajaran olahraga sudah selesai dan kita bisa bermain-main. Saya bersama teman yang bernama Imin, Sop, Niwan pergi untuk mencari buah jamblang di rumah Pak Haji Kelor (nama disamarkan, padahal saya sendiri lupa lokasi pohonnya di rumah siapa).
Kemudian kami semua sepakat untuk menuju kesana. Sesampainya di bawah pohon jamblang. Nampak sudah ada beberapa buah yang jatuh. Karena pohonnya tinggi kami pun tidak berani memanjat. Apalagi kami semua mengambil buah jamblang tersebut ketika si empunya pohon sedang tidak ada di rumah. Takut kualat sih sebenarnya kalau kami mengambil yang masih di atas pohon. Kalau yang sudah jatuh kan bebas.
Dengan cepat kami memunguti buah yang jatuh. Buahnya masih terlihat bagus dan layak konsumsi. Saya memungumpulkannya menggunakan kantong plastik yang sudah saya siapkan. Begitu juga Imin, Sop, dan Niwan.
Setelah saya berhasil mengumpulkan buah jamblang secukupnya. Saya terkejut dengan apa yang didapat oleh si Sop.
“Sop, kok jamblangnya kaya gitu?” Tanya saya ke Sop.
“Lah, emang kenapa, Lan?” Tanya dia dengan heran.
“Itu kok gede-gede sih” Sahut Niwan.
“Wah iya itu, kok warnanya agak pucet, ga mengkilat” Sahut juga si Imin.
Sop dengan heran membandingkan apa yang ia dapat dengan apa yang kami dapat. Sejenak iya langsung mengambil satu buah yang ia dapat. Kemudian, menciumnya dan membelah buah itu dengan kedua tangannya.
Alhasil kami semua tertawa sejadi-jadinya ketika Sop mengucapkan, “Asem…”
“Kenapa? Baunya asem?” Tanya Niwan sambil tertawa.
Dengan rawut wajah yang aneh Sop menjawab, “Ini mah bukan jamblang, tapi tai kambing”.