Pagi tadi, Kak Allan ribut minta dibuatin bihun goreng untuk bekel. Akhirnya, aku pagi-pagi ke warung membeli bihun bermerek mawar dan seikat sawi sendok.
Tiba-tiba aku jadi teringat nenekku. Nenekku agak sulit dalam hal makanan. Kalau beliau mau makan sesuatu, harus sama persis dengan yang beliau bayangkan. Padahal, antara mulut dan pikiran suka berbeda.
Suatu hari, nenekku memintaku untuk bilang ke ibuku kalau beliau pingin dibuatkan bihun jagung. Aku kemudian membeli bihun bermerek mawar yang dibungkusnya tertulis bihun jagung dan memberikannya pada ibuku untuk dimasak.
Keesokan harinya, ibuku memasak bihun itu dan aku mengantarkannya pada nenekku. Nenekku tidak puas dengan bihun yang aku bawakan. Menurutnya, itu bukan bihun jagung tapi bihun beras. Menurutnya, bihun jagung itu seperti yang dijual di pasar. Padahal jelas-jelas di bungkusnya ditulis bihun jagung.
Aku kemudian mengadu pada ayahku. Ayahku berkata, “kok kamu kurang akal sih? Kan tinggal ajak si Mbah ke pasar. Atau kamu beli bihunnya di pasar. Gampang kan?”
Aku kemudian balik bertanya, “Uangnya mana?”
Ayahku kemudian menjawab, “Ambil di deket radio sana!”
Aku lalu mengambil uang dan ke pasar membelikan bihun yang diminta nenekku. Akhirnya semua bergembira….
Bekasi, Selasa 3 April 2018
Aku tulis ketika selesai memasak bihun ini untuk Kak Allan
(Taraaaaa…. Ini dia bihun buatanku)