
Istriku, Meita, ia memang suka sekali membaca dan menulis. Hingga hal-hal yang bisa kami ingat pun ia tulis di dalam buku catatannya. Misalnya; tanggal masa aktif quota, tanggal isi token listrik, sampai tanggal ganti oli sepeda motor kami.
Aku sangat merasa beruntung, ia telah menjadi pengingat yang baik. Lebih baik daripada pengingat di ponsel android. Sesekali, aku suka baca-baca isi dari buku catatannya ketika tidak ada lagi buku yang bisa aku baca. Ada beberapa hal yang isinya privasi, ada juga beberapa catatan tentang deadline pekerjaan menulisnya. Buku catatan lainnya memuat resep-resep makan yang ia pelajari dari Mas Yusuf dan Mbah Gugel.
Suatu hari, aku iseng untuk ikut mencatat. Aku mencatat beberapa masakan favorit yang pernah ia buat. Kemudian catatan itu aku tempel di pintu lemari es. Dengan tidak disangka-sangka catatan itu sudah lenyap dalam hitungan menit. Dua menit tepatnya. Sambil meremas-remas kertas catatanku dsengan senyum yang manis ia berkata, “Kamu ga perlu mencatat makanan favorit dari aku. Sebab, semua makanan yang aku masak harus jadi favoritmu.”
Waktu terus berjalan, momen itu terjadi beberapa bulan yang lalu telah menjadi warna tersendiri dalam rooler coaster rumah tangga kami. Beberapa hari yang lalu, dengan inisiatif yang tinggi aku membelikan dia sebuah botol minum yang terdapat saringan di dalamnya. Tentu saja, ia sangat senang hati menerimanya.
Lalu kemarin, ketika aku pulang bekerja. Aku terkejut dengan catatan yang menempel di pintu lemari es ini. Aku paham betul tentangnya. Yang pasti ini adalah catatan apa yang musti ia beli. Tidak perlu khawatir, aku sudah siapkan pundi-pundi rupiah untuk membeli buah-buah yang ada dalam di catatan ini. Bukankah jadi lelaki harus peka, iya kannn…