Semalam saya bermimpi. Mimpi yang seakan-akan pernah saya alami dan apa yang saya alami itu terulang dalam mimpi. Mimpi yang menyenangkan, mimpi yang sederhana.
Momen demi momen dalam mimpi terasa nyata. Menunggang sepeda motor tua dengan kedua teman saya. Saya menunggang GL berbaju CB, teman saya yang satu menunggang CB, dan satu lagi menunggang Binter Merzy. Tidak jauh kami berjalan, hanya mengelilingi kabupaten Bekasi.
Di mulai dari mengunjungi mangrove sampai menelusuri daerah pesisir pantai Bekasi. Dalam adegan berikutnya, kami bertiga berpisah. Selang beberapa waktu yang tidak saya ketahui hari, bulan dan tahun kami bertemu kembali di satu titik tempat kami memadu janji.
Tentu saja, kami masih menunggang sepeda motor tua. Tetapi kali ini, saya berboncengan dengan istri saya dan kedua teman saya ini juga membawa istrinya masing-masing. Kami menjadi berenam. Mengunjungi tempat yang lebih jauh dari sekedar keliling Kabupaten Bekasi.
Saat-saat yang singkat itu tercampur aduk menjadi satu antara kejadian nyata dan mimpi. Terbangun dari mimpi itu ada rasa senang di batin saya. Sebab saya bisa berkumpul dengan kedua teman saya walaupun lewat mimpi. Dan kedua teman saya itu akhirnya menemukan tambatan hatinya.
Meskipun di mimpi itu tidak diperjelas siapa dan bagaimana pasangannya masing-masing. Mungkin saya terlalu berperasaan, tapi itulah yang saya rasakan.
Pagi ini, saya mencoba menggali lebih dalam ingatan saya. Mencoba membuka galeri di ponsel saya dan foto inilah yang saya temui. Saya mendapatkanya di tahun 2015. 2015-2017 kita bersama. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya di Januari 2017, GL berbaju CB ini saya relakan untuk dirawat oleh orang lain.
Mengutip kalimat adik saya untuk motor tua ini; “Walaupun sebentar, setidaknya kita pernah bersama.”
(Honda GL berbaju Honda CB. Bukan berbaju Honda Jazz apalagi Honda Civic)
