Dua hari yang lalu, saat matahari mulai merangkak naik. Keluarga kecil saya mengalami musibah. Istri saya, Meita Eryanti terjatuh dari sepeda motor karena ditabrak oleh pengguna sepeda motor lain dari belakang. Alih-alih menolong, si penabrak lebih memilih melarikan diri daripada berhenti dan menolong istri saya.
Kami sabar, kami menerima. Kami mencoba untuk tidak berkata kasar pada si Penabrak. Sebab itu akan sia-sia.
Kemudian, saya fokus pada kesembuhan istri. Sore hari setelah pulang bekerja saya mencari minyak tawon di toko obat tradisional dekat stasiun Bekasi. Sesampai rumah, saya baluri dengan minyak tawon pada bagian tubuh yang sakit.
Keesokan harinya di saat libur bekerja karena pemilu, saya sibuk mencari tukang urut. Tentu saja, saya datang ke tukang urut yang sudah direkomendasikan oleh banyak warga kampung. Mang Endang namanya. Seorang tukang urut patah tulang yang sudah tersohor, terutama di kampung saya sendiri.
Di sana istri saya diurut oleh anak dari Mang Endang. Anaknya wanita. Saat pengobatan sedang berlangsung, Anak dari Mang Endang bertanya pada istri saya, “Neng, kuliah?” Dengan senyum ramah istri saya menjawab, “Sudah lulus, Teh.”
“Kuliah apa, Neng?”
“Saya Farmasi. Apoteker, Teh.”
Tidak disangka si Teteh yang sedang mengurut itu berkata, “Apatoker mau percaya sama tukang urut? Padahal tetangga saya yang calon perawat aja nggak ngebolehin ibunya diurut ama saya.”
Ketika istri saya menceritakan hal itu di rumah. Saya membatin, ini bukan percaya atau gak percaya. Ini soal pengobatan. Setiap superhero punya kekuatannya masing-masing.
Tabik.