
Beberapa waktu yang lalu, Pak Tjip menulis tentang era kantong plastik yangberakhir bulan ini di Australia. Supermarket di sana mempersilakan pembelimenggunakan tas belanjanya sendiri-sendiri atau membeli tas belanja disupermarket tersebut dengan harga 5 Dollar. Alternatif lain, supermarketmenyediakan kardus untuk mengemas barang belanjaan.
Hal ini mengingatkanku pada surat edaran yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang kantong plastik berbayar. Kebijakan ini tidak berjalan baik. Saat sebuah minimarket menerapkannya, aku pernah melihat ibu-ibu yang marah dan tidak mau mengerti penjelasan dari kasir. Akhirnya, setahuku hanya tinggal 1 supermarket yang masih konsisten menanyakan pada pembeli, “bawa tas belanjanya? Mau pakai kardus?”
Nampaknya, kesadaran untuk repot sedikit demi menjaga lingkungan masih sangat kurang di masyarakat kita.
Bagiku, mengajak orang lain untukmengurangi pemakaian plastik memang baik. Namun yang lebih penting, bagaimana aku memulai pengurangan pemakaian plastik dari diri sendiri. Aku pernah melihatorang yang di media sosial gembar-gembor tentang bahaya plastik bagi lingkungandan menampilkan diri sebagai relawan gerakan daur ulang sampah. Namun di dunianyata, dia tidak merasa bersalah minum dengan sedotan dan menerima kantongplastik saat membeli sekotak minuman kemasan. Minum dengan sedotan ataumenggunakan kantong plastik memang tidak berdosa, sih. Tapi kan itu sama sajadengan orang yang tidak suka membaca kemudian berbicara tentang betapamenyenangkannya membaca. Wagu, kalo kata orang Jawa.
Aku pribadi, belum bisa lepas sepenuhnya dari plastik. Aku masih berusaha. Membawa tempat makan sendiri saat membeli makanan yang dibawa pulang, berusaha membawa botol minum sendiri saat membeli thai tea atau minuman lain walaupun sering lupa, dan membawa tas belanja sendiri saat berbelanja ke pasar dan ke supermarket walaupun sering nambah plastik juga karena belanjaannya lebih dari kapasitas tas.
Yang sulit dari usaha tersebut adalah menghadapi tanggapan orang. Mulai dari orang yang terheran-heran karena aku membawa tempat makan dan botol minum sendiri, penjual yang ngotot membungkus belanjaanku dengan plastik miliknya, penjual minuman yang tidak memperbolehkanku menggunakan botol minumku sendiri sebagai wadah, dan komentar lainnya. Tapi yang namanya sudah niat ya, ayo jalan terus. Hahaha
Aku percaya, usaha-usaha kecil yang konsisten bisa memberikan hasil yang besar. Aku harap, individu-individu yang tahu akan dampak negatif penggunaan kantong plastik bisa melakukan usaha kecil dengan meminimalkan penggunaan plastik bagi dirinya sendiri. Bila kita bergerak untuk diri kita sendiri terlebih dahulu, aku yakin kampanye yang selalu disuarakan mengenai pembatasan kantong plastik bisa berhasil.
Harapanku, aku bisa konsisten menolak membeli minuman yang tidak memperbolehkan aku menggunakan tempat minumku sendiri sebagai wadahnya.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan di kompasiana.com