Beberapa waktu lalu saya dan Meita pergi ke pasar Senen, lantaran jam tangan yang sudah saya pakai selama 3 tahun ini rusak. Saya bersemangat sekali, Meita pun demikian. Kita berencana membeli jam tangan couple.
Sesampainya di pasar Senen, kami mengunjungi satu per satu toko yang kami lewati. Melihat beberapa model jam tangan yang sekiranya menarik perhatian kami. Empat sampai lima toko sudah terlewati.
Dan akhirnya, saya melihat satu toko yang memajang jam tangan di lemari etalasenya. Sebuah jam tangan digital dengan model yang begitu sporty.
Seorang pelayan dengan sigap menghampiri kami. Sambutanya hangat, pelayanannya ramah. Saya suka cara melayaninya. Hingga saya menanyakan jam tangan tersebut.
“Yang ini, Mas?”
“Iya, Mas. Yang itu” Jawab saya yakin.
“Kalo yang ini harganya 6 juta.”
“What…? 6 juta?
Saya terkejut, Meita pun terkejut. Saya mengerenyitkan dahi, Meita pun demikian. Tak di sangka jam tangan yang saya minati itu ternyata bermerek terkenal dan dijamin original. Dan akhirnya saya pun mengundurkan diri untuk mencoba kembali menyederhanakan diri.
Ya, apalah arti dari sebuah jam tangan yang harganya mahal kalau kita sendiri masih belum bisa menghargai waktu. Apalah artinya, jika Shalat saja masih sering telat.