
Buku ketiga karya Agus Mulyadi yang berjudul Diplomat Kenangan, sangat menarik untuk dibaca. Sebelumnya saya sudah membaca buku kedua: Bergemul Dengan Gus Mul dan buku keempat: Lambe Akrobat. Buku ini saya dapatkan di toko buku online.
Buku dengan 118 halaman ini memuat 24 judul cerita. Sama dengan buku Agus Mulyadi lainnya, Diplomat Kenangan juga berjenis personal literatur. Alurnya menceritakan tentang keseharian dari si penulis, yang setiap orang juga bisa mengalaminya. Tapi yang membuat luar biasa ialah pengolahan tiap kata yang dilakukan oleh Agus Mulyadi.
Banyak yang bilang Agus Mulyadi adalah sosok yang lucu. Belum bertemu saja kita sudah bisa tertawa dari tulisan-tulisannya di blog. Agus Mulyadi begitu sangat piawai dan kreatif dalam mengolah kata-kata. Cerita-cerita yang remeh-temeh ia olah dengan bumbu humor yang menggelitik. Ia merekam kejadian yang ada disekitar, kemudian ia olah dengan jenaka.Tulisan-tulisan yang tersaji begitu ringan untuk dicerna oleh otak kita. Kalimat-kalimat yang kutip-able selalu ia sajikan.
Bagi saya, Agus tipe orang yang kritis, meskipun banyak yang bilang kalau buku-bukunya adalah buku humor. Bila kita cermati, di balik tulisan humornya itu selalu ia beri sentilan sosial dengan sikapnya yang kritis, serius tapi santai. Itulah yang berkesan bagi saya ketika sudah membaca buku ini. Melihat desain layout buku ini, saya sangat terarik. Di dalamnya kita bisa menemukan kutipan-kutipan yang sudah disisipkan pada setiap satu lembar halaman yang berwarna hitam. Tak disangka, saya menikmati buku ini seperti membaca buku kumpulan kutipan. Tapi bukan kutipan biasa, kutipan yang bijak pada umumnya.
“Haji Slamet itu nggoreng bebek aja bisa garing, renyah, dan berasa sampai ke dalam-dalamnya. Enggak kebayang kalau belio goreng isu…” Ya, apabila teman-teman mendengar kutipan semacam itu yang entah darimana asalnya. Sudah dipastikan, Agus Mulyadi lah penciptanya.
“Boleh jadi, bapakmu memanglah pria menyebalkan, tidak menyenangkan, atau yang paling parah, tak punya selera humor yang baik. Tapi percayalah, pada titik tertentu, dialah pria yang paling ingin kau temui saat kau jauh dan merasa sendiri…”
Kutipan yang begitu, uuh… mengganggu batin dan pikiran saya. Mengusik hati, membenturkan otak hingga tak sadar pikiran saya melayang jauh pada sosok seorang ayah. Entah kenapa, rasanya yang ini begitu sangat menyentuh. Agaknya Agus Mulyadi benar-benar menulisnya dari dalam hati.
Sebetulnya, hampir semua tulisan yang ada di buku Diplomat Kenangan dan buku-buku Agus Mulyadi lainnya sudah pernah dimuat di blog pribadi dan di status facebooknya. Meskipun beberapa tulisan sudah pernah saya baca, namun saya tetap bisa menikmati sampai halaman terakhir. Saya merasa ada sensasi tersendiri ketika membacanya di buku.
Satu hal yang saya sarankan, membeli buku ini merupakan cara terbaik untuk membaca dan menikmati tulisan-tulisan Agus Mulyadi. Saya jamin teman-teman akan menemukan banyak kutipan yang sungguh, uhh… Mak jlebb.
Pertama kali dipublikasi di www.bacatangerang.com
Editor: Komunitas Baca Tangerang