Apotek

Bukan Lagi 4 Sehat 5 Sempurna

4 sehat
(hellosehat.com)

“Mama, ih, Eneng udah bilang kalo suruh bawa susu. Jadi kan Eneng ditegur sama Bu Guru,” teriak seorang gadis berseragam putih merah di pelataran rumahnya, yang persis bersebelahan dengan rumahku.

Aku yang saat itu sedang duduk-duduk di teras rumah langsung menengok ke rumah sebelah.

“Ya tapi kan kamu nggak bisa minum susu, Eneng,” tegas mamanya. “Nanti alergi kamu kambuh, mau kamu gatal-gatal?”

“Eneng dibilang nggak dengerin kata Bu Guru,” ujar gadis itu lagi. Sekarang sambil sesenggukan.

“Sudah, ah diam. Jangan nangis. Besok mama bilang sama Bu Guru,” kata mamanya sambil masuk ke dalam rumah.

***

Sore harinya, saat aku sedang mengangkat jemuranku di halaman depan, tetanggaku tadi mendatangiku. Dia menceritakan keributannya dengan anaknya tadi.

“Iya sih benar, makan tuh harus 4 sehat 5 sempurna. Minumnya pakai susu. Tapi kalau kayak anak saya yang alergi susu, harus bawa susu juga? Yang mau minum siapa? Gurunya?” kata tetanggaku.

Aku mengangkat bahu.

“Tapi, Teh, kayaknya sekarang 4 sehat 5 sempurna itu bukan pakai susu deh minumnya,” kataku.

“Oh ya? Terus apa?” tanya tetanggaku.

Aku kemudian menunjukkan pedoman gizi seimbang yang beberapa waktu lalu aku unduh dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dalam pendahuluan pedoman ini, dikatakan bahwa prinsip 4 sehat 5 sempurna, dengan minum susu sebagai penyempurna menu makanan, sudah tidak sesuai dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi sekarang.

Pesan gizi seimbang yang sekarang, dikenal dengan slogan ‘piring makanku: sajian sekali makan’. Setiap kali makan, kita dianjurkan untuk mengkonsumsi 5 kelompok pangan, yaitu makanan pokok, sumber protein (lauk-pauk), sayuran, buah, dan minuman, yang dianjurkan adalah air putih.

Jadi, kita tidak perlu minum susu, nih? Dalam tumpeng gizi seimbang, susu ditempatkan sebagai sumber protein. Sejajar dengan lauk-pauk semacam ayam, daging, ikan, dan yang lainnya. Artinya, kalau seseorang sudah makan daging, ayam, tahu, tempe, atau seafood, tidak ada lagi kewajiban untuk minum susu. Apalagi kalau orang tersebut memang tidak dapat menerima susu. Kecuali, orang-orang yang membutuhkan asupan tambahan seperti ibu hamil dan menyusui.

Pada pedoman gizi seimbang, ditekankan sekali untuk setiap individu memakan makanan yang beragam dengan tetap memperhatikan jumlah dan proporsinya. Proporsi tersebut adalah 50% buah dan sayur, 50% lagi makanan pokok dan protein.

Berarti paket menu makanan di restoran seperti nasi+ayam atau kentang+ayam tidak proporsional ya? Kita bisa menyimpulkan sendiri, ya…

“Emang sih, nggak semua makanan enak dengan susu. Kalau kita makan roti trus minum susu emang berasa segar dan kenyang. Tapi kalau makan gado-gado minumnya susu kok rasanya malah eneg, ya,” kata tetanggaku.


Artikel ini pertama kali dipublikasikan di kompasiana.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s