“Orang Jawa itu aslinya pendendam, Mbak,” kata seorang teman yang mengelola rumah budaya Jawa di daerah Jakarta Selatan.
Saat itu, aku bertemu dengannya di sebuah pertemuan forum perpustakaan komunitas yang diselenggarakan di Bekasi Timur. Aku yang sedari tadi sibuk memilih kue di meja prasmanan menghentikan kegiatanku sejenak. Aku melihat kawanku ini.
Walaupun dia sudah lama tinggal di Jakarta, bekas bahwa dia pernah tinggal di pedalaman Solo masih terlihat. Sama sepertiku, logat bicaranya tidak bisa ditutupi kalau dia adalah orang yang Jawa.
“Nggak usah munafik, Mbak,” katanya lagi. “Kamu kalau jengkel sama orang pasti diinget-inget terus, kan? Aku juga, Mbak…”
“Kalo aku sama kamu suka mengingat-ingat kesalahan orang, bukan berarti semua orang Jawa kayak gitu,” sahutku.
“Nikita Mirzani juga kayak gitu,” ujarnya. “Tonton aja video Youtube waktu dia diwawancara sama Hotman Paris. Gimana dia menyimpan dendam sama adiknya Syahrini makanya pas Syahrini nikah dia nyinyir banget.”
“Emang Nikita Mirzani orang Jawa?” tanyaku.
“Emang bukan?” tanyanya balik.
Aku menggelengkan kepalaku dan kembali sibuk dengan kue-kue.
Menurutku, ya, sifat seseorang itu tidak boleh distereotipekan. Nggak semua orang Cina pelit. Nggak semua orang Batak suka ribut-ribut. Ya itu kembali lagi ke sifat masing-masing orang. Orang Jawa yang pelit juga banyak. Kayak gitu nggak ada hubungannya dengan suku dimana dia berasal.
***
Kemarin, saat berselancar di Facebook, aku menemukan artikel berjudul “Kejutan ‘Tampang Boyolali’: Puluhan TPS Nol Persen untuk Prabowo” yang dirilis oleh detik.com. Ini berita pemilu yang menarik di antara berita siapa yang menang quick count. Ada apakah dengan tampang Boyolali?
Aku lalu googling tentang ini. Dari cnnindonesia.com, aku baru tahu kalau ternyata bulan November 2018 lalu, Pak Prabowo pernah menyebut kalau orang-orang tampang Boyolali akan diusir kalau masuk hotel.
“Kalian kalau masuk hotel mungkin diusir karena tampang kalian tidak tampang orang kaya. Tampang kalian ya tampang orang Boyolali,” kata Pak Prabowo kala itu seperti yang dilansir oleh cnnindonesia.com.
Aku tertawa membacanya. Ya gimana ya, orang masuk hotel mah bukan dilihat dari tampangnya. Tapi dari uangnya. Mau tampangnya sejelek apapun, kalau bawa uang pasti dilayani dengan baik. Nggak perlu bawa uang juga. Kalau sudah ada penjaminan pembayaran, pasti dilayani, kok.
Dan sekarang, seorang calon presiden, meledek orang di daerah ini. Agak menjengkelkan, sih. Aku membaca banyak aksi protes dari masyarakat Boyolali tentang pernyataan Pak Prabowo ini. Namun sepertinya tidak ada kelanjutan yang berarti.
Lalu sekarang, orang-orang itu membalasnya dengan memberi nol suara. Orang-orang Boyolali menyimpan kejengkelan itu dan memuntahkannya 5 bulan kemudian.
Aku lalu teringat dengan kata-kata temanku yang bilang bahwa orang Jawa itu pendendam. Bisa juga sih, karena sakit hati, orang-orang Boyolali lalu tidak ada yang mau memilih Pak Prabowo. Tapi apakah ini bisa membuktikan bahwa orang Jawa itu pendendam?
Entah sih, aku masih berbaik sangka bahwa masyarakat Boyolali bukan mau membalas dendam pada Pak Prabowo dengan memberi 0 suara. Mereka memang sudah menjatuhkan pilihannya pada Pak Jokowi. Mereka memang menginginkan Pak Jokowi yang menjadi presiden.