Ruang Tengah

Menimbang harga Buku Di Tepi Kali Bekasi untuk Kado Ultah si Nyonyah

Sebentar lagi Dik Mei ulang tahun. Sudah pasti ini menjadi momen yang nggak boleh saya lewatkan. Sudah 3 tahun kami menikah dan tahun ini akan menjadi ketiga kalinya kami saling merayakan ulang tahun satu sama lain.

Nggak mewah, cuma sekadar makan-makan di luar saja. Makan makanan yang nggak pernah atau jarang kami makan. Dik Mei ulang tahun di awal Mei, sementara saya di pertengahan Juli. Sebetulnya ada jarak satu bulan lebih sih, tapi tetap aja momen secara berurutan jadi menyenangkan.

Di tahun 2018 dan 2019 kami selalu merayakan dengan makan-makan. Tapi untuk tahun 2020, di tengah pandemi gini hal itu sangat tidak memungkinkan karena banyak resto yang sudah tidak melayani dine in. Saya harus cari cara lain. Oke, kayaknya saya cukup beli kue di toko kue favorit istri aja, deh.

Selebihnya, saya bisa bagi-bagi potongan kue itu ke tetangga. Biar lebih spesial saya beli kado. Lagi pula saya nggak pernah ngasih kado buat istri (Hehehee). Saya jadi ingat kalau sebetulnya kejutan-kejutan kecil seperti ini bisa menjadi bumbu rumah tangga kami.

Bhaiq…! Rencana tahun ini kayak gitu aja.

Sekarang saatnya saya mencari tahu apa yang istri saya mau tapi belum kesampaian. Sebenarnya ada banyak sih, termasuk pingin rumah dan mobil tapi saya coba berpikir realistis saja. Menggapai sesuatu yang bisa saya gapai saat ini. Nggak usah pingin yang ninggi-ninggi nanti kesampluk pesawat.

Saya coba mulai cek catatan di ponsel saya, cek chat-an, cek DM-an, dan lanjut cek mention-an. Barangkali ada satu percakapan antara saya dan dia yang bisa jadi itu merupakan sebuah kode dan ternyata saya malah nggak peka. Saya sadar betul kekurangan saya itu.

Nah, ketemu! Ada satu percakapan kalau si Nyonyah pingin buku Di Tepi Kali Bekasi, karya Pramoedya Ananta Toer. Tapi malah terabaikan begitu aja. Hemmm, lebih tepatnya fokus saya kabur lantaran tertimbun chat lain.

Halah, cari pembenaran. Dasar lakik!

Waini! Istri saya memang suka banget baca buku. Saya juga suka sih—suka nimbun doang (wkwkwkk). Kebetulan koleksi buku istri juga ada beberapa karyanya Pram seperti Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa; Jejak Langkah; Rumah Kaca; Sekali Peristiwa di Banten Selatan; dan Jalan Raya Pos, Jalan Daendles.

Kayanya buku Tepi Kali Bekasi cocok untuk melengkapi koleksi sekaligus membuat dia bertambah bahagia. Ya, minimal tersenyum simpul. Ah, manisnya. Cuss, meluncur ke Mbah Google. Gasss~

Saya bisa dengan mudah menemukan pencarian buku di internet. Tapi, tapi, semakin saya berselancar di beranda browser dan di marketplace, semakin sesak rasanya dada saya. Bukan apa-apa, saya tidak pernah menduga, eh ternyata harga-harga buku itu tergolong mahal juga yaaah.

Di Bukalapak saya nemu 6 pelapak yang menjual buku ini. Harganya cukup variatif mulai dari Rp675.000 sampai Rp2.083.000. Di Tokped ada dua pelapak, yang terbitan Lentera Dipantara harganya Rp1.500.000 dan yang terbitan Balai Pustaka dibanderol dengan harga…

Jeng jeng jeng

….Rp9.968.300. Di shopee lain lagi harganya, dengan pelapak yang berbeda tapi fotonya sama, yakni tembus pada ngka Rp10.000.000. Ngeriiii~

Akibat minimnya pegetahuan saya, kalau buku Di Tepi Kali Bekasi merupakan buku langka bikin saya terkejut-kejut sekaligus sedih. Nampaknya sudah jelas penyebab istri kepingin tapi belum kesampaian sampai sekarang. Untuk ukuran sebuah buku, menebus dengan harga segitu musti banyak banget yang harus saya pertimbangkan.

Duh Gusti, tabungan kemaren aja udah saya belanjain buat kebutuhan dapur karena masa sulit pandemi gini. Lah masak, belum dua bulan terganti, saya harus ngorek celengan lagi. Duh, berat ini. Berat. 

Seandainya saja saya ini anak sultan yang bisa dengan gampang nyah-nyoh nyah-nyoh. Mungkin saya nggak perlu banyak pertimbangan kayak gini lalu dengan sadar diri, saya belum siap untuk menebus buku itu dari para pelapak. Jangankan harga jutaan, yang 600 ribuan aja saya masih menimbang. Sudah pasti ini bukanlah harga yang mampu saya raih walaupun saya punya tabungan yang cukup. Tetap saja ada rasa eman-eman. Hedeh, begini amat nasib jadi rakjat tak mampu.

Sejujurnya saya nggak tahu isi buku Di Tepi Kali Bekasi itu tentang apa. Dari hasil pencarian di internet saya mendapatkan informasi menarik. Buku Di Tepi Kali Bekasi diselesaikan oleh sang Penulis pada tahun 1951 dengan latar cerita pada zaman revolusi kemerdekaan. Buku Di Tepi Kali Bekasi terbitan Balai Bahasa diproduksi pada tahun 1957. Sementara terbitan dari Lentera Dipantara sudah sampai cetakan kelima pada tahun 2003. CMIIW ya, Mailope~

Menurut deskripsi salah satu pelapak, novel ini pernah dirampas marinir Belanda pada tahun 1947. Lewat novel ini Pram ingin menyajikan cara pandang dari sudut lain dalam melihat sejarah revolusi yang selalu menempatkan militer dan para jenderalnya sebagai kubu heroik kemudian didapuk sebagai pahlawan.

Sementara tokoh-tokoh tanpa nama yang tak memiliki aksesibilitas kepenulisan sejarah istana malah tersingkir dan lenyap. Lewat novel ini juga Pram berusaha menempatkan tokoh-tokoh tanpa nama itu sedemikian rupa di tempat yang slayaknya.

Kalau baca-baca dari deskripsi bukunya sih novel ini bercerita tentang pembantaian orang-orang Jepang di kali Bekasi. Sebagai orang Bekasi saya pernah mendengar cerita sejarah ini. Lalu ada deskripsi lain yang menjelaskan kalau novel ini bercerita tentang cerita orang-orang Bekasi saat masa penjajahan Jepang.

Atas kesimpangsiuran informasi yang saya dapat di internet, yaaah, pada akhirnya saya malah penasaran sendiri dan ingin juga membaca buku ini. Biar jelas. Semoga aja kedepannya buku ini dicetak ulang lagi dengan bandrol harga yang relatif terjangkau.

Tapi ya, ituuu, semua keinginan yang belum kesampaian ujung-ujungnya mentok di cuan, cuan, dan cuan. Ah, sudahlah, saya cari kado yang lain aja deh, yang nggak sampai ngorek celengan. Monmaap ya Mailope, Meita Eryanti~

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s