Perpus

Membaca Kisah Se Hee dan Menonton Kisah Joon Hyung

Dapatkan buku ini di Shopee \ Bukumee: https://shopee.co.id/I-Want-To-Die-But-I-Want-To-Eat-Tteokpokki-Baek-Se-Hee-Penerbit-Haru-i.215483749.4540927841

Aku telat nih baca I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki… Kisah Baek Se Hee dalam buku ini menarik ternyata. 🙂

Membaca buku I Want To Die but I Want To Eat Tteokpokki ini mengingatkanku pada karakter Jung Joon Hyung di drama Korea The Weightlifting Fairy Kim Bok Joo. Menurut kakak Jung Joon Hyung, Jung Jae Yi yang seorang dokter, Jae Yi kemudian menyarankan Joon Hyung untuk berkonsultasi dengan seorang psikoterapis.

Ketika berbicara dengan terapis, kita akan tahu bahwa yang dialami Joon Hyung bukan sekadar trauma. Ketika ditanya apa yang terjadi di kali pertama Joon Hyung melakukan kesalahan start, Joon Hyung tidak terbuka pada awalnya.

Di pertemuan selanjutnya, Joon Hyung menceritakan apa yang menjadi pikirannya sampai akhirnya disimpulkan bahwa kegagalan start dan gangguan panik tersebut adalah imbas dari hubungannya yang rumit dengan ibu dan keluarga bibinya. Terapis tersebut kemudian meminta Joon Hyung untuk menyalurkan emosinya paling tidak sekali.

Buku I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki berisi perbincangan penulis, Baek Se Hee, dengan psikiaternya. Juga ada sisipan refleksi yang dilakukan olehnya. Baek Se Hee terus menerus merasakan depresi. Bukan terus menerus juga sih, tetapi perasaannya naik dan turun. Ada kalanya dia tertidur sambil menangis, ada kalanya dia merasa senang.

Karena sudah tidak tahan merasa depresi dan cemas, Se Hee memutuskan untuk konsultasi pada psikiater. Perbincangan awal Baek Se Hee dengan psikiaternya di buku I Want To Die but I Want To Eat Tteokpokki kurang lebih sama dengan Jung Joon Hyung, menurutku.

Baek Se Hee dan Joon Hyung, sebagai pasien, diminta untuk melihat ke dalam diri mereka masing-masing. Pada bab pertama buku I Want To Die but I Want To Eat Tteokpokki, psikiater menanyakan “apakah Anda pernah memikirkan hal apa yang kira-kira bisa menjadi penyebab utamanya?”.

Seperti sudah bersiap, Se Hee membuka catatan di ponselnya dan mengatakan apa yang menjadi pikirannya. Dibanding Joon Hyung, Se Hee lebih terbuka pada psikiaternya. Walaupun, keduanya sama-sama menyimpan rapat kelemahannya masing-masing.

Tapi, Se Hee lebih sadar bahwa kondisi mentalnya tidak baik-baik saja dan dia butuh pertolongan. Se Hee bahkan mempersiapkan catatannya apa yang ingin disampaikan saat bertemu psikiater. Membaca kisah Se Hee dan menonton kisah Joon Hyung, memberiku pelajaran untuk lebih mengenal diriku sendiri dan berhati-hati dalam bersinggungan dengan orang lain.

Permasalahan utama yang menimpa Se Hee adalah rasa percaya diri. Sewaktu kecil, ibunya sering menunjukkan kelemahan Se Hee pada orang-orang sehingga sampai dewasa, dia selalu merasa minder. Namun ibunya juga yang sering marah kalau Se Hee merasa minder dan menunjukkan kelemahannya di depan orang lain.

Permasalahan utama yang menimpa Se Hee adalah rasa percaya diri. Sewaktu kecil, ibunya sering menunjukkan kelemahan Se Hee pada orang-orang sehingga sampai dewasa, dia selalu merasa minder. Namun ibunya juga yang sering marah kalau Se Hee merasa minder dan menunjukkan kelemahannya di depan orang lain. Hingga saat dewasa, dia sebal dengan orang-orang yang mencoba memotivasinya untuk lebih berani.

Di Twitter, aku pernah membaca seseorang yang mengeluh betapa sulitnya menulis menanggapi sesuatu di Twitter. Kalau memberi tanggapan negatif nanti dibilang jahat, memberi tanggapan positif juga disebut racun positif. Itu nggak hanya di Twitter sih, di dunia nyata kita juga harus berhati-hati bila ingin menanggapi seseorang. Bahkan, tidak semua orang suka dipuji dan diberi motivasi.

Ketika kita salah menanggapi seseorang, cukup baik kalau dia mau berterus terang kalau perkataan kita tidak membuatnya nyaman. Tapi kalau apa yang kita katakan kemudian menjadi beban pikiran untuknya itu bisa jadi masalah. Jangan malah menambah bebannya dan berkata, “yaelah begitu doank.” Kita tidak bisa mengukur kondisi mental seseorangdengan kondisi mental kita sendiri.

Data Buku:
Judul: I Want To Die but I Want To Eat Tteokpokki
Penulis: Baek Se Hee
Penerbit: Haru
Cetekan kedelapan, Juni 2020

Bekasi, 5 Desember 2020
Meita

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s