
Penerbit: Buku Mojok
Tahun Terbit: 2018
Dimensi :14 × 21 cm
Jumlah Halaman: 268 halaman
ISBN: 978-602-1318-68-3
Tadinya, kupikir cerita Tanah Seberang ini adalah cerita tentang orang Indonesia yang datang pergi keluar negeri untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Nyatanya ada sih cerita tentang itu. Tapi bukan itu cerita utamanya.
Ada 4 cerita dengan 4 tokoh utama yang saling berhubungan dalam novel ini. Yang pertama adalah Amran, Imran, dan Umar. Tiga bersaudara yang tinggal di Malaysia sebagai imigran gelap karena ibunya menjadi korban dari agen TKW tipu-tipu.
Yang kedua ada Nusa, seorang anak pedagang asal Indonesia di Malaysia yang menghadapi dilema karena harus pindah kewarganegaraan. Ayah Nusa menderita penyakit kronis. Bila menjadi warga negara Malaysia, pengobatan ayahnya bisa ditanggung oleh negara dan meringankan beban keluarga mereka secara ekonomi. Tapi haruskan Nusa dan keluarganya mengorbankan identitas kewarganegaraan Indonesianya demi pengobatan Sang Ayah?
Langgam, tokoh di cerita ketiga, juga menghadapi dilema karena ayahnya yang bekerja di sebuah perusahaan di Malaysia divonis dokter terkena penyakit kronis. Demi pindah ke Malaysia dulu, banyak hal yang dikorbankan oleh keluarga Langgam. Kini, ketika ayah Langgam sakit, keluarga Langgam seperti perahu yang kehilangan arah di lautan.
Langgam benar-benar berada di persimpangan jalan ketika ada tawaran beasiswa dari sebuah universitas di Jakarta. Akankah dia meninggalkan keluarganya yang berada di ujung tanduk di Malaysia dan berangkat ke Jakarta demi beasiswa atau berusaha untuk meraih pendidikan di Malaysia yang mengharuskannya bekerja sangat sangat keras.
Ketika Amran, Imran, Umar, Nusa, dan Langgam sudah bisa melihat jalan masa depan, mereka bertemu dengan Mas Thohir dan Teguh, anaknya. Mas Thohir dan Teguh adalah tokoh dalam cerita keempat. Segala kesulitan yang dihadapi Mas Thohir di Jawa membuatnya bekerja keras untuk menabung dan pindah ke Malaysia.
Dengan kehidupan yang lebih nyaman, Mas Thohir berharap bisa menyekolahkan anaknya di Sekolah Indonesia, sebuah sekolah untuk imigran dari Indonesia di Malaysia. Sayangnya, karena tidak pernah duduk di bangku TK, Teguh tidak bisa lulus tes masuk SD Sekolah Indonesia.
Dari semua tokoh yang ada di buku ini, aku paling gemas dengan Ibu Langgam. Kenapa sih dia memaksa Langgam sedemikian keras? Kuberasa baca novel rasa nonton sinetron. Aku berusaha buat mengerti bahwa Ibu Langgam itu stress menjalani hidupnya. Dia menyesalkan pilihannya menyetujui rencana ayah Langgam bermigrasi ke Malaysia. Dia frustrasi karena suaminya yang tidak komunikatif.
Tapi ya jangan melimpahkan segala hal negatif itu ke anaknya, terutama Langgam. Bagaimana pun Langgam masih remaja. Wajar kalau dia tidak bisa segera menjawab ‘siap, Bu’ ketika ibunya meminta untuk berkorban lebih banyak.
Kutau ini hanya cerita. Penulis mungkin melihat orang yang seperti ibu Langgam kemudian dia jadikan sebagai karakter di novelnya ini. Di sekitar aku juga banyak melihat ibu-ibu yang memaksa anaknya untuk mengerti keadaannya tanpa memberi waktu anak untuk mencerna apa yang terjadi.
Secara keseluruhan, aku suka novel Tanah Seberang. Buku ini memberikan aku cerita baru tentang orang-orang yang tinggal di luar negeri.
Bekasi, 7 Feb 2021
Meita Eryanti