Perpus

Ulid: Seorang Anak yang Tumbuh Bersama Desanya

Penulis: Mahfud Ikhwan
Penerbit: Shira Media
Tahun Terbit: 2021
Dimensi: 13 x 19 cm
Jumlah halaman: xviii + 526 hlm

Membaca cerita Ulid ini, aku diingatkan pada obrolan Kak Alin (seorang antropolog digital) dan Kak Puty (admin BBBBookClub) di Instagram Live. Waktu itu kak Alin bilang kalau di buku terjemahan Korea, kita harus sayang sama tokoh utamanya baru masuk ke cerita intinya. Ini persoalan orang Asia pada umumnya. Kalau kita mau sayang sama sesuatu kita harus kenal dulu. Makanya ada peribahasa tak kenal maka tak sayang.

Membaca bab-bab pertama novel ini, menumbuhkan rasa sayang dan gemasku pada Ulid. Aku juga jadi bersimpati pada kedua orangtua Ulid. Hasilnya, aku jadi antusias untuk membaca bab-bab selanjutnya hingga ketika aku menutup halaman terakhir, aku termenung memikirkan keluarganya Ulid.

Ini adalah novel kedua dari Mahfud Ikhwan yang aku baca.Bertahun-tahun yang lalu, aku sempat membaca buku Kambing & Hujan, yang sayangnya aku kurang bisa menikmati ceritanya karena beberapa hal.

Aku menikmati membaca novel Ulid ini dari halaman pertama sampai halaman 523. Karakter Ulid sebagai anak-anak di bab pertama menarik hati dengan sifat keras kepala dan sok taunya. Cara bercerita penulis juga membuatku terbawa suasana.

Aku sampai ikut merasa deg-degan ketika ada sinder, petugas kehutanan, yang menghampiri jubung, tempat pembakaran batu gamping, milik bapak Ulid. Aku bisa merasakan malu dan marahnya Ulid karena temannya bercerita ke semua orang kalau Ulid ketiduran pas Jumatan karena begadangan nonton sandiwara radio. Aku juga ikutan sedih ketika Bapak Ulid pergi ke Malaysia.

Sedikit spoiler, ini bukan cerita tentang kepahlawanan. Ini cerita tentang tentang seorang anak yang tumbuh bersama desanya, menurutku. Ketika dia kecil, masyarakat desanya termasuk orangtua Ulid hidup sederhana dari gamping dan bengkoang. Kemudian ketika gamping dan bengkoang sudah tak bisa lagi memenuhi kebutuhan mereka karena banyak hal, orang-orang desa mulai pergi merantau ke Malaysia. Mencoba menolak dan berusaha bertahan tapi nasib berkata lain.

Bekasi, 20 Feb 2021
Meita Eryanti

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s