Hari Senin (21/7) suamiku dinyatakan positif covid. Bukan tanpa gejala. Beberapa hari sebelumnya dia demam tinggi dan tekanan darahnya rendah. Dia lalu memeriksakan diri ke dokter dan mendapat obat-obatan.
Setelah 3 hari, obat antibiotik yang diberikan dokter sudah habis, tapi kondisi suamiku masih belum membaik. Batuk-batuknya tambah sering, tenggorokannya tambah sakit, dan kadang-kadang dahaknya ada darahnya.
Ini udah gawat sih. Tadinya, kukira dia terkena TBC atau sejenisnya. Soalnya dia cerita ada temannya yang terkena flek paru-paru.
Ketika meminta perpanjangan ijin tidak masuk kerja, atasannya meminta untuk test covid karena rekan-rekannya juga banyak yang mengalami hal yang sama. Akhirnya, saat kembali ke dokter, suamiku test swab antigen dan hasilnya positif. Aku juga ikutan test swab antigen dan alhamdulillah hasilnya negatif.
Karena saturasi oksigennya baik, dokter merekomendasikan suamiku untuk isolasi mandiri di rumah saja.
Kami diminta untuk lapor ke puskesmas supaya bisa mendapatkan obat-obat yang dibutuhkan. Karena punya pengalaman buruk dengan petugas di puskesmas, aku minta pada dokternya untuk diresepkan saja obatnya dan akan kubeli sendiri.
Anggap saja kami memang sok-sokan. Tapi aku merasa agak terguncang juga. Sampai saat suamiku dinyatakan positif covid, kondisiku masih mudah lelah dan aku juga masih mengonsumsi obat lambung. Aku masih pemulihan dari sakit demam berdarah. Aku kayaknya nggak sanggup kalau nanti ke puskesmas harus berhadapan dengan petugas yang tidak menyenangkan.
Tadinya aku berpikir, bisa nggak ya aku mengurus kerjaan, mengurus rumah, dan merawat suamiku sendirian? Ya, sebisanya aja lah yaaa~
Makan, obat, dan segala keperluan suamiku jadi prioritas. Urusan pekerjaan, yang penting pesanan yang masuk beres dan produk di marketplace di-update stoknya tiap pagi jangan sampai selisih. Aku cuma mengaktifkan jasa kirim yang mau pick up ke rumah. Sosmed Bukumee sesempatnya aja.
Rumah? Ya udahlah ya. Yang penting aku udah bersih-bersih pas suamiku pulang dari klinik. Belanja yang bisa di-delivery aja dulu. Karena suamiku isolasi di kamar, aku jadi penghuni tunggal di rumah. Aku nggak perlu khawatir naruh apapun di manapun.