Diary Abang Paket

Sepenggal Kisah yang Membuat Saya Berprofesi Menjadi Kurir

Menjadi kurir nggak pernah saya bayangkan dan inginkan sebelumnya, 5, 6, 7, 9, 11
tahun yang lalu profesi mekanik atau montir adalah sebuah cita-cita. Cita-cita itu
saya songsong dengan semangat layaknya para pejuang cinta. Saya berhasil
menjadi mekanik di AHASS. Ya, kamu nggak salah dengar, Bung. Sebuah bengkel
resmi dengan nama panjang Astra Honda Service Station. Wahhh, prestige!

Dua setengah tahun bekerja di sana saya jalani dengan semangat kerja yang tinggi
cum bangga. Maklum, ini adalah sebuah pencapain dalam hidup saya. Masih muda,
jadi mekanik, di AHASS pula. Tapi hari demi hari hingga berubah menjadi tahun,
secara perlahan kebahagiaan itu sirna. Sebab realitanya gaji di AHASS nggak akan
pernah bisa saya banggakan sepanjang hayat.

Bagaimana mungkin, saya bekerja di kota Bekasi tapi dikasih gaji dengan standar
upah minimum kota Semarang lantaran AHASS tersebut punya induk di Semarang
yang membuka cabang di planet Bekasi. Jelas, ini perkara rumit. Saya nggak punya
pengetahuan, daya, dan upaya untuk memprotes. Tahun 2014 Saya resign. Lalu ingin
mencari pekerjaan dengan nilai gaji UMR.

Setelah resign dari AHASS, mencari pekerjaan dengan kemampuan dasar mekanik
sepeda motor bukanlah perkara gampang. Melamar ke bengkel umum, jelas, gaji
nggak akan UMR. Melamar dari satu AHASS ke AHASS lainnya, gaji juga banyak
yang nggak UMR. Aha! Saya nggak kehilangan ide kreatif. Buat apa saya punya sikil,
eh skill, tapi masih mau keluar keringat buat pemegang modal.

Khan maen dah, ini baru namanya anak muda. Punya idealisme.

Soal modal, saya juga punya kok. Bermodal keahlian yang nggak ahli-ahli banget dan
sedikit uang tabungan selama bekerja di AHASS, saya coba buka bengkel. Saya
sadar betul keahlian–yang nggak ahli-ahli banget–yang saya miliki ini adalah sebuah
aset. Untuk lapak saya memang belum bisa menyewa ruko pinggir jalan, tapi saya
bisa memulai bengkelnya di rumah.

Pasiennya adalah teman-teman saya. Sebagai bentuk promosi, saya berhasil dirayu
oleh calon pasien untuk memasang harga teman yang notabennya lebih murah
daripada harga pasaran. Satu, dua, sampai tiga pasien berhasil saya dapatkan dalam
3 minggu. Semuanya adalah pasien turun mesin. Yaaa, paling nggak 4.500.000 bisa
saya kantongi. Bersihnya bisa untung 15%.

Tapi nahas, boro-boro balik modal, bengkel yang hendak saya bangun langsung berubah kayak Hiroshima Nagasaki yang hancur lebur gegara bom atom. Cuma bedanya bengkel saya hancur gegara kasbon. Ya, dihutang! Bukan dibom. Bedebah betul ketiga teman pasien saya itu. Sampai pada saat saya menulis ini, ketiga pasien itu belum membayar sepeserpun.

Kalau ingat hal itu di saat sekarang, dendam kesumat ini masih belum hilang. Secara berkepanjangan, mental usaha saya langsung jatuh, saya merasa sudah menjadi mekanik gagal, dan saya benci yang namanya “harga teman”. Harga teman adalah sebuah langkah awal dari pembantaian usaha temannya sendiri. Padahal, yang namanya teman itu harusnya bisa menghargai lebih tinggi daripada orang lain, dong!

Saya berpikir, apa iya saya harus banting setir? Tetapi apa? Kesempatan buat usaha sudah hancur sebelum berkembang. Bekerja jadi mekanik lagi, ah, saya sudah kehilangan minat. Menganggur rasanya sangat menyiksa. Saya buntu. Otak saya beku. Saya hajar setiap info lowongan yang saya dapat. Pekerjaan menjadi operator sound system, kerja di tempat cuci steam, semua saya lakoni sebab saya nggak tahan menganggur. Meskipun dalam pekerjaan itu saya belum juga mendapatkan upah yang layak.

***

Hingga pada tahun 2016 saya beralih pekerjaan menjadi kurir di sebuah toko tinta di daerah Mangga Dua, Jakarta. Saya berhasil bisa mendapatkan gaji UMR di sini. Senang? Tentu saja! Ini adalah pencapaian hidup saya, sebab bekerja dengan gaji UMR nggak mudah untuk saya dapatkan. Saya juga nggak mau munafik, dalam bekerja uanglah yang menjadi motivasi utama. Perkara saya punya passion, idealisme, ah bodo amat lah, sudah hancur lebur dikasbon.

Menjadi kurir toko cukup menyenangkan sekali. Saya dapat fasilitas motor dari toko, bensin, dan uang parkir bisa diganti oleh toko. Ya kendati demikian tetap ada tantangannya, saya kudu bisa mengirim produk berupa tinta printer ke seantero Jakarta. Dari timur ke barat, selatan ke utara, bisa sampai 20 customer yang saya kirimkan produk.

Udah gitu kudu tahan banting di setiap musim, saya harus tetap mengaspal meskipun sedang pancaroba. Nggak ada alasan buat nggak ngirim produk cuma gegara dari panas tiba-tiba berubah hujan deras. Nggak peduli itu musim hujan, musim banjir, musim duren, hingga musim rambutan, ya gasss terus.

Ini adalah pengalaman pertama saya menjadi kurir. Saya banyak belajar cara kerja kurir di toko tinta itu. Mulai dari ngepak barang, menentukan rute (mapping), mencari alamat, membaca peta–meskipun daerah itu belum pernah diinjak, menjaga kondisi tubuh dalam perubahan musim, sampai mencuri waktu untuk istirahat di jalan supaya nggak terus-terusan bekerja bagai naga.

Pekerjaan itu saya lakoni hingga 4 tahun lamanya. Pada akhirnya saya resign di awal bulan Agustus 2020 lantaran gaji nggak lagi lancar. Toko punya hutang gaji ke karyawannya bisa sampai 1 bulan. Misalnya saya kerja selama bulan Januari, semestinya gajian di akhir bulan tapi malah bablas belum gajian sampai bulan Februari. Ketika gajian turun di akhir bulan Februari, itu adalah gaji yang bulan Januari. Begitu terus menerus tiap bulannya.

Sebagai karyawan saya bisa maklum, sebab dunia sedang diserang Corona. Pertokoan banyak yang tutup lantaran lockdown. Kantor-kantor–customer utama toko tempat saya bekerja–banyak yang menerapkan sistem WFH. Otomatis omset menurun. Otomatis juga ada keterlambatan gaji, pengurangan karyawan, sampai Big Boss pun menutup beberapa cabang tokonya.

Ini adalah langkah dan keputusan yang berat. Resign di kala pandemi mengurung umat manusia untuk tetap di rumah adalah tindakan bunuh diri. Tapi, akan lebih cepat bunuh diri ketika bekerja butuh ongkos dan uang makan, tapi gajinya telat sampai satu bulan–lebih. Dari mana ongkosnya buat sebulan kedepan lagi? Sementara itu, cadangan uang tabungan semakin menipis.

Padahal sebagai tenaga lapangan, saya bisa apa di rumah? Ya bisa sih menjadi kontributor Mojok.co atau Terminal Mojok. Hal ini memang tidak menjanjikan. Sebab perkara mengirim tulisan ke Mojok bukan hal gampang. Bukan hari ini kirim besoknya langsung tayang. Bukan juga ngirim 15 naskah ke Terminal Mojok, terus 15 naskah itu tayang semua. Hahahaha.

Tidak semudah itu. Saya bukanlah Seto Wicaksono sang Raja Cabe Terminal Mojok yang legendaris itu. Tapi setidaknya patut saya coba demi keberlangsungan hidup. Kalau nggak dicoba, saya akan selalu kepikiran istri yang harus diberi nafkah dan ada rumah kontrakan yang harus tetap saya bayar sewanya.

Di suatu hari, bulan Oktober 2021, ketika saya sedang berselancar di media sosial, saya mendapatkan informasi lowongan pekerjaan di sebuah ekspedisi. Saya segera melamar dan dalam waktu satu minggu berhasil mendapatkan pekerjaan itu sebagai… jreng, jreng, jreng …asissten driver a.k.a kernet sopir mobil box dengan gaji Rp2.000.000 per bulan. Saya harus terima ini. Yang penting kontrakan rumah terbayar. Kurang-kurangnya uang, istri saya bisa menutupi dari hasil usahanya jualan buku secara online.

Pekerjaan sebagai kernet mobil box saya jalani dengan pasrah. Ya, pasrah aja kayak daun yang mengalir di kali Bekasi. Saya nggak pernah tahu sampai mana dan kapan akan bekerja di sini. Seiring berjalannya daun yang mengalir, saya tengok kanan kiri. Barangkali ada spanduk atau apalah itu yang memasang info lowongan pekerjaan. Barangkali saya bisa menemukan batu loncatan di pinggir kali.

Kemudian saya berhasil mendapatkan informasi lowongan pekerjaan dari salah satu kurir paket yang memegang area tempat tinggal saya. Saya berhasil memanfaatkan momen ketika kurir tersebut sedang mem-pickup paket dagangan istri di rumah. Saya menanyakan sistem kerja, gaji, dan pastinya dong cara melamar.

Langsung aja saya coba melamar secara online lewat website. Selama dua bulan, info panggilan kerja nggak kunjung datang. Saya masih tetap menjalani pekerjaan sebagai kernet supir mobil box sambil mendaftar lowongan menjadi kurir sekali lagi. Saya penasaran. Suatu ketika saya sedang libur kerja di pertengahan bulan Januari 2021, tiba-tiba saya mendapat email undangan Interview sekaligus psikotes. Saya ikuti proses seleksinya dengan baik. Semua persyaratan saya coba penuhi.

Kemudian dengan penuh rasa menggembirakan sampai-sampai saya memeluk istri, loncat-loncat kegirangan, saya diterima menjadi kurir AnterAja di awal bulan Februari 2021. Saya ditempatkan di cabang atau Staging Store Segarajaya, Tarumajaya, Kab. Bekasi. Gaji yang akan saya dapatkan adalah UMR. Sebuah angka yang sangat  membahagiakan bagi saya. Akhirnya, keuangan rumah tangga saya akan segera stabil kembali setelah beberapa bulan terakhir ini harus prihatin.

Dan disinilah petualangan saya sebagai kurir yang sebenar-benarnya akan dimulai. 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s