Perpus

Berkaca pada Buku “Gak Capek Dituntut Mulu”

Buku ini isinya menceritakan pengalaman penulis tentang banyak tuntutan yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Tuntutan bisa datang dari orang-orang yang jarang melihat kita, orangtua, bahkan diri kita sendiri.

Membaca buku ini, aku sih, merasa kayak punya teman. Aku sempat memasuki lingkungan yang membuatku terasing. Orang kebanyakan memintaku untuk bersabar, enggak mengeluh, dan banyak berdoa. Katanya karena aku yang lebih muda dan aku yang lebih pintar jadi ngalah aja. 

Tapi seperti kata Bella, keadaan nggak akan berubah kalau kita diam saja. Aku harus belajar untuk berdiri dan membela diriku sendiri. Nggak percaya sama apa yang ditulis sama Stefani Bella? Nggak apa-apa banget. Karena jalan yang dia tempuh untuk menghadapi tuntutan dia mungkin berbeda dengan orang lain. 

Buat aku, apa yang dialami sama Bella cukup mirip. Penulis nggak pernah ketemu sama teman-temannya karena males dibanding-bandingin. Ini SAMA BANGET denganku! Kemudian ada tuntutan yang tidak sadar muncul dari diri sendiri karena berharap pujian.

Ada yang pernah mendengar nasehat sebelum umur 30 harusnya udah punya rumah biar hidupnya tenang dan enak? Ini kayak orang-orang di kota Momo–novel Momo karya Michael Ende–yang disuruh nabung waktu supaya bisa dikumpulin di belakang.

Padahalan mah, semakin banyak waktu yang dihemat, waktu jadi berjalan lebih cepat, dan lebih banyak hal yang harus dikerjakan hingga hidup terasa seperti dikejar-kejar dan melelahkan.

Ada beberapa kutipan dari buku ini yang related buat aku. Cekidot~

“Jangan sampai lo berakhir dengan punya rumah tapi nggak pernah tahu dan mengenal dunia karena sibuk ngejar target.”

“Kita selalu diminta untuk menghargai perasaan orang lain tanpa dibiarkan untuk memahami perasaan sendiri.”

Aku juga ngalamin ini 😦

“Jangan sampe gue keseringan peduli sama orang lain tapi gue lupa buat peduli dan menyadari kalau gue sebenernya kecewa.”

Ini yang aku sedang coba jalani.

“Lo nggak bisa berbuat baik ke orang lain kalau lo sendiri nggak tahu cara bersikap baik ke diri sendiri. Bisa aja sih, pura-pura baik, tapi emangnya nggak capek pake topeng lagi? Kok ya semua hal seolah jadi wajar untuk dipertanyakan. Heran sih gue ada banyak banget manusia yang doyan nuntut hidup orang lain.”

Aku juga pingin tau jawabannya.

“Mulai sekarang belajar untuk speak up. Belajar untuk berdiri dan membela diri lo sendiri. Timbul kepercayaan baru bahwa perempuan nggak perlu kerja bagus-bagus dan sekolah tinggi-tinggi.”

Pertama kali denger kalimat itu di buku, film, artikel di internet, aku ragu-ragu. Yakin, orang jaman sekarang masih ada kah yang mikir kayak gitu? Tapi setelah aku keluar dari rumah, aku baru lihat sih, memang ada orang-orang yang pikirannya masih kayak gitu.

Aku aja sempet syok ada orangtua yang bilang; “untung dia perempuan jadi nggak apa-apa kalau sekolah seadanya. Nanti juga cuma di dapur.”

Deuuuh, ya kali di dapur nggak butuh ilmu. Emang masak nggak perlu ilmu? Yang kayak gini yang pola pikirnya masih buang sampah di sungai.


Data Buku
Penulis: Stefani Bella
Penerbit: Gradien Mediatama
Jumlah halaman: 187 hlm
Dimensi: 13 x 19 cm
ISBN: 972-602-208-205-7
Cetakan pertama, Juli 2021

Dengan kaitkata

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s