Ketika menutup lembar terakhir dari kumpulan cerpen “Aku Mengeong” ini, aku terbengong-bengong. Aku barusan baca apa ya? Beberapa kepingan ceritanya masih terbayang-bayang di pikiran. Tapi tetap saja ada pertanyaan: itu tadi apa ya?
Ada 15 cerita dalam buku ini. Sebagian besar ceritanya, bercerita dari alam sadar dan alam mimpi. Kayak berlapis-lapis gitu ceritanya. Cocok banget sama gambar kucing di sampulnya yang yang tersusun dari undakan-undakan gitu.
Dalam IGTV di akun Instagram penerbitnya, Indonesia Tera, dikatakan bahwa benang merah dari kumpulan cerpen ini adalah ceritanya yang unik. Penulisnya berkata bahwa cerpen-cerpen ini ditulis di tengah kerumitan.
Dia memiliki hal-hal yang ingin disampaikan tetapi tidak bisa diekspresikan dengan emosi tertentu. Akhirnya dimuat dalam bentuk cerita yang abstrak dan berbeda.

Di beberapa cerita, aku menangkap interaksi keluarga yang digambarkan oleh penulis. Seperti anak laki-laki dan bapak dalam cerita Kematian Tokoh Aku, anak perempuan dengan bapaknya dalam cerita Rahasia Lolita, perempuan dan kakak laki-lakinya dalam cerita Perempuan yang Menangis dalam Mimpi, serta cucu dan neneknya dalam cerita Purnama di Balik Jeruji Besi.
Di IGTV yang ada di akun Indonesia Tera itu, aku mendengar kalau penulisnya pernah terlibat dalam satu proyek tentang kekerasan anak dan perempuan. Makanya dia mengangkat tema tersebut dalam beberapa cerpennya.
Purnama di Balik Jeruji Besi bukan cerita tentang kekerasan nenek pada cucunya atau sebaliknya, sih. Tapi interaksi nenek dan cucunya ini berkesan banget buat aku. Karakter Si Cucu juga menarik perhatianku gara-gara akunya habis baca buku The Psychology of Money.
Karakter tokoh yang menarik ini bisa jadi terbentuk karena Wawan Kurniawan, penulisnya, merupakan sarjana psikologi. Makanya, di cerita Mencari Angeline tokoh Nanta bisa memikirkan analisis mimpinya Freud dan membaca buku Memories, Dreams, Reflection nya CG Jung.
Tapi kalau mendengar di IGTV Indonesia Tera, pembangunan karakter tokoh dalam cerpen-cerpen di buku ini lebih banyak dipengaruhi oleh cerita-cerita yang dibaca penulis.

Aku berusaha meyakinkan diriku, ini hanya mimpi belaka. Tapi, walaupun kejadian ini hanya mimpi, Murikami tampak nyata dan tubuhku terasa benar-benar menjelma seekor kucing.
(Aku Mengeong – Halaman 89)
Di cerita yang lain, misalnya Aku Mengeong, aku sukses dibuat bingung. Ini ada orang yang berubah jadi kucing terus gimana? Tapi di paragraf awal, tokoh aku bertemu dengan Murakami dan melempar buku IQ84. Aku belum baca IQ84 sih.
Mungkin kalau aku sudah baca, aku bisa ngerti cerita ini kali ya. Selain Murakami, ada beberapa nama penulis lain yang disebut dalam buku ini seperti Borges, Akutagawa, dan Gogol.
Sebagai seseorang yang bukan advanced reader, jujur ada hal-hal yang aku tidak mengerti dari kumpulan cerpen ini. Tapi aku menikmati sih cerita-ceritanya.

Data Buku
Aku Mengeong
(Kumpulan Cerita)
Penulis: Wawan Kurniawan
Penerbit: Indonesia Tera
Jumlah halaman: iv + 134 hlm
Dimensi: 13 x 19 cm
ISBN: 9 789797 753191
Cetakan Pertama, Februari 2021