Diary Abang Paket

Work Life Balance, Sebuah Kondisi yang Jauh Untuk Digapai

Masih ada tenaga untuk delivery malam 🙂

Di malam sebelum esok harinya saya libur bekerja, saat saya mengantar paket sekitar jam 20.00 WIB, saya mendapatkan pertanyaan ini, “Malem-malam masih ngirim paket, Mas?”

“Iya, Pak. Ngabisin paket trip terakhir.”

“Trip terakhir jam berapa?”

“Datang paket sekitar jam 17.00 sampai 19.00 udah paling telat.”

“Itu harus dikirim?”

“Iya, Pak. Minimal ada yg dikirim. Kalau ditunda alasannya harus jelas.”

“Kalo gitu, nggak bisa mencapai work life balance, dong.”

Sebuah pernyataan yang melayang masuk begitu aja ke telinga saya dari seorang penerima paket. Pernyataan itu membuat saya dengan seketika merasa skeptis. Saya ragu bahkan nyaris nggak percaya bahwa work life balance adalah kondisi yang bisa saya dapati. Sebab pekerjaan sebagai kurir dari segi waktu dan teknis sangatlah jauh untuk mencapai kata work life balance.

Work life balance, istilah itu pertamakali saya baca di twitter. Waktu itu memang lagi tranding tapi saya nggak mengikuti pergulatan topik tersebut. Yang saya dapat sekadar pengertiannya aja. Bahwa work life balance adalah suatu keadaan pekerja bisa mengatur waktu, energi, tanggung jawab antara pekerjaan, kehidupan keluarga, dan kehidupan pribadi.

Saya bekerja masuk jam 8.00 pagi. Nggak ada sistem shifting. Sampai di tempat kerja langsung absen. Agar nggak membuang waktu, sebaiknya saya langsung menyortir paket untuk area yang saya bawa. Setelah itu mapping untuk menentukan rute, prepare, dan cusss langsung berangkat. Pulangnya udah pasti malam, sehabis delivery paket trip terakhir.

Paket ekspedisi di tempat saya bekerja punya skema 4 trip kedatangan paket. Yakni jam 6.00 pagi, jam 9.30 siang, jam 14.30 siang, trip terakhir antara jam 17.00 sore sampai jam 19.00 malam. Trip terkahir ini yang kadang bikin penyakit keteteran menyerang. Karena di saat yang sama pula saya sedang sibuk-sibuknya jalanin tugas pickup paket dari para seller. Yap, tugas saya sebgai kurir nggak cuma delivery. Tapi juga sekaligus pickup paket.

Saya menjalani 26 hari kerja. 4 hari libur dalam sebulan dengan sistem rooling tiap minggunya. Tanggal merah–meskipun hari raya tetap masuk. Tapi sebagai gantinya saya bisa menggambil off pengganti tanggal merah tersebut di hari lain. Tentu saja harus liat sikon di tempat kerja. Nggak bisa sesuka hati juga. Perihal hak cuti, rasanya udah nggak ada. Sebab status saya sebagai kurir adalah mitra. Kalau saya nggak masuk kerja otomatis nggak akan mendapatkan cuan.

Status mitra di ekspedisi berbeda dengan status mitra para ojol. Kalau driver ojol bisa mengatur hari kerja sesuka hatinya, nah, mitra kurir di ekspedisi nggak bisa. Soalnya tetap terikat dengan aturan kerja di cabang tempat penempatan.

Gimana, kebayang nggak kira-kira kenapa saya skeptis perihal work life balance?

Dari segi waktu aja seorang kurir sudah mustahil bisa mencapai di titik work life, balance. Apalagi dari segi upah, untuk menjalani work life balance rasanya masih belum bisa karena tuntutan yang datang dari banyak pihak. Bukan hanya dari atasan tapi dari partner pengirim dan penerima.

Saya kira hal yang sama juga dialamai teman-teman pekerja di bidang lainnya. Dengan kondisi load pekerjaan yang banyak, waktu 8 jam kerja rasanya nggak cukup untuk menuntaskan itu semua. Alhasil jam lembur menjadi jalan ninja. Sialnya, upah lembur kadang nggak sepadan dengan apa yang sudah dikorbankan. Tenaga, pikiran, waktu, sampai kehidupan pribadi. 

Rasanya memang benar kalau work life balance kini jadi sebuah keniscayaan impian para pekerja di jaman yang serba bergerak cepat saat ini. Sebabnya banyak pekerja yang mengalami waktunya lebih banyak habis untuk tanggung jawab bekerja. Kemudian waktu untuk kehidupan pribadi tinggal recehan sisa-sisa.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s