Perpus

Ulasan Buku “Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan”

Berbulan-bulan yang lalu, aku memulai membaca buku ini tapi berhenti sebelum menyentuh judul bagian keduanya. Aku merasa seperti salah membaca buku. Yang aku ingin baca adalah tulisan populer tapi membaca awal buku ini seperti sedang membaca pengantar kuliah. Banyak banget teori-teorinya. 

Aku akhirnya melanjutkan membaca buku ini setelah membaca dan mengikuti diskusi buku Nalar Kritis Muslimah yang diselenggarakan oleh Buibu Baca Buku Bookclub. Seperti mendapat hidayah, aku jadi merasa perlu untuk tahu tentang teori-teori yang dijabarkan dalam buku ini. 

Kalau di buku Nalar Kritis Muslimah kita akan mendapat cerita bagaimana perempuan hidup seperti barang pada masa sebelum Islam, di buku Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan ini aku membaca cerita tentang kehidupan perempuan sebelum era feminis terutama dari sudut pandang psikologi.

Salah satu cerita yang menarik, adalah dulu ada seorang profesor yang menyatakan bahwa selama masa menstruasi perempuan harus beristirahat dan tidak boleh banyak belajar karena kegiatan yang menstimulasi otak dapat beresiko terhadap sistem reproduksi perempuan yang kompleks dan rumit. Sebagai makhluk yang tugasnya adalah melahirkan, tentu ini bisa mempengaruhi identitas perempuan. 

Karena pernyataan ini, penanganan perempuan yang mengalami depresi juga dibedakan dengan laki-laki. Perempuan yang mengalami depresi diminta untuk menjalani total bed rest yang dalam kasus tertentu malah memperparah kondisi kesehatan perempuan. Padahal kalau laki-laki, mereka bisa melakukan kegiatan untuk merilis stresnya. Sampai akhirnya muncullah terapi feminis yang lebih berusaha untuk mengerti kondisi perempuan dengan lebih menyeluruh.

Ini mengingatkanku pada cerita Vegetarian karya Han Kang. Ada satu sketsa ketika tokoh utamanya Young Hye yang saat itu dirawat di rumah sakit jiwa minta pulang pada kakaknya. Dia berkata bahwa di rumah sakit pun, dokter dan perawatnya sama saja dengan orang-orang lain. Tidak ada yang berusaha memahaminya. Dokter dan perawat hanya memberikan obat dan suntikan. 

Di bab awal buku ini, aku juga membaca bahwa ada teori yang mengatakan bahwa identitas seorang perempuan bergantung pada keberhasilannya menjadi seorang istri dan ibu. Aku jadi berfikir, apakah ini yang kemudian menghembuskan isu sampai di Indonesia bahwa perempuan itu tugasnya di rumah dan nggak perlu sekolah tinggi-tinggi? 

Aku juga jadi ingat pada kemarahanku pada seseorang yang membagikan status bahwa perempuan yang sempurna adalah perempuan yang bisa melahirkan anaknya sendiri di Facebook. Aku sekarang malah jadi sedih banget karena di abad ke 21 ini masih saja ada yang berfikir seperti itu.

Di bagian kedua yang berjudul Psike Perempuan: Semesta yang Tak Terlihat, aku sudah mulai bisa menikmati tulisan-tulisan dalam buku ini. Salah satu yang aku highlight adalah cerita tentang bagaimana budaya membentuk perempuan. Perempuan yang serba salah dengan keputusannya. Perempuan yang saling menghakimi dengan kejam. Perempuan yang menderita berbagai gangguan psike. 

Di dalamnya terdapat juga teori kesejahteraan yang mempertanyakan bagaimana perempuan yang hidup dalam masyarakat patriarki dapat melakukan hal-hal yang membuat dirinya sejahtera. Jawabannya adalah dengan melakukan interpretasi ulang terhadap kondisi dan pengalaman hidupnya.

Intinya, perempuan harus bisa bebas dari kompleks kesempurnaan yang standarnya diciptakan dan dipaksakan oleh masyarakat.

Seperti kata bu Nur Rofiah saat diskusi bersama Buibu Baca Buku Bookclub: Kita semua terlahir sebagai anak kandung sistem patriarki tetapi kita bisa memilih untuk menjadi anak yang durhaka.

Bagian ketiga dalam buku ini berbicara tentang kekerasan terhadap perempuan, beberapa tulisan bercerita tentang pengalaman pribadi penulis dan orang yang dia kenal. Tulisan dalam bagian ini tidak sebanyak cerita di 2 bagian sebelumnya. Tapi ini merupakan cerita yang perlu untuk dibaca.

Dalam buku Nalar Kritis Muslimah, Bu Rofiah mengulang-ulang bahwa 5 pengalaman sosial perempuan yang perlu diperhatikan oleh pembuat kebijakan adalah stigmatisasi, marginalisasi, subordinasi, kekerasan, dan beban ganda.

Data Buku
Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan
Penulis: Ester Lianawati
Penerbit: EA Book
Jumlah halaman: xii + 292 hlm
Dimensi: 13 x 19 cm
Cetakan kesebelas, Februari, 2022
Dengan kaitkata

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s