Ketika orang-orang riuh dengan kedatangan kumpulan cerpen Cursed Bunny ini di Festival Buku Asia, aku sempat mengintip halaman sampel yang ada di Google Book. Dan sejujurnya halaman pertama di cerpennya yang pertama itu memualkan (dalam arti yang harfiah ya), sih. 😦
Lalu Bukumee ikut juga promo buku ini. Saat itu, aku baca-baca ulasan dari orang-orang yang sudah membacanya. Aku berpikir, kayaknya kalau nggak ada yang pesan buku ini di Bukumee, aku juga nggak akan baca buku ini sekarang, deh.
Mungkin lain kali, entah kapan. Aku suka banget buku kumpulan cerita pendek. Tapi kalau yang model horor absurd gini, keinginan membacaku bisa ditekan.

Tapi kemudian Kak Puty yang baik hati menawariku buku ini. Dan buat menyelesaikan membaca buku ini, aku butuh waktu yang agak lama. Buku ini agak mengerikan kalau dibaca malam-malam dan tidak nyaman kalau dibaca saat perut kenyang. Belum lagi, setiap selesai membaca satu cerita, aku jadi overthinking: itu tadi apa ya?
Seperti saat selesai membaca cerpen Si Kepala, yang cerita pertama dalam buku ini. Setelah membacanya, aku jadi memikirkan Si Kepala ini. Dia apa sih? Anak haram? Atau anak yang dilahirkan ketika Si Perempuan belum siap punya anak? Atau itu imajinasi dia? Kenapa orang lain sesantai itu menanggapi cerita Si Perempuan padahal Si Perempuan sampai sakit karena trauma? Atau setelah membaca cerita Kelinci Terkutuk. Selesai membacanya aku berfikir, ini cucunya masih hidup nggak sih?
Aku tau sih, enggak setiap hal dalam cerita fiksi perlu dijelaskan. Lebih banyak yang hanya perlu dinikmati. Saat ikutan diskusi di forumnya Santai Ngobrolin Buku, aku jadi tahu bahwa penulisnya tidak punya maksud apa-apa selain bercerita saat menulis kumpulan cerpen ini. Wow… Orang ini luar biasa. Dia hanya bercerita tapi aku sebagai pembaca jadi merasa terbebani.
Cerita yang paling berkesan buat aku adalah Bekas Luka. Aku merasa berjalan dengan si tokoh utamanya, pertama membaca ceritanya kayak gelap gitu tapi lama-lama mendapatkan titik terang tentang apa yang terjadi dan memang kenyataan itu kadang pahit. 😦

Apa, ya, sensasinya? Kosong, hampa, sendirian, tapi masih akan berusaha untuk bertahan mencari kehidupan yang lain. Dalam hidup kadang memang ada hal semacam sesuatu itu kan, ya. Sesuatu yang membuat kita bergantung padanya tapi sesuatu ini juga merupakan teror dalam kehidupan kita.
Cerita yang paling enggak bisa aku mengerti adalah Jari-jari yang Dingin. Sensasi saat membaca cerita ini adalah bingung, seram, dan putus asa. Aku juga sempat putus asa saat membacanya. Ini maksudnya apa, sih. T_T
PS:
Saat baca-baca ulasan orang tentang buku ini, aku membaca ulasan orang yang bilang kalau penerbit Haru biasanya nggak fasih menerjemahkan buku-buku dari Korea dan Jepang. Really? Aku ngikutin penerbit ini sejak mereka menerbitkan Why Secretary Kim dan aku suka banget sama terjemahan mereka yang luwes tapi tetap terasa Korea dan Jepangnya. Dibanding terjemahan dari penerbit besar, buah karya dari Penerbit Haru ini sangat memuaskan.
PSS:
Ini emosi sesaatku sebagai fangirls-nya Penerbit Haru sih :-)) Tapi aku sadar sih, pengalaman membaca setiap orang memang berbeda. Mungkin orang ini punya ekspektasi yang lain tentang buku terjemahan dari Korea atau Jepang.

Cursed Bunny
(Indonesian Edition)
Penulis: Bora Chung
Penerjemah: Deaz Putri
Penerbit: Haru Media
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Sept 2022
Jumlah Halaman: 369 Hlm