Ruang Tengah

Memaafkan Sesuatu yang Tidak Termaafkan?

"Gue salah nggak sih, Mei?" tanya seorang teman sambil sesenggukan. "Gue rasa enggak," jawabku sambil mengusap pundaknya. Sesekali, aku menoleh kanan kiri. Bukan apa-apa, saat itu kami sedang berada di kafe dengan beberapa orang pengunjung. Aku khawatir kalau-kalau ada yang kepo. Temanku itu, punya masalah dengan suami dan mertuanya. Selama berbulan-bulan dia bersikap tidak ada… Lanjutkan membaca Memaafkan Sesuatu yang Tidak Termaafkan?

Ruang Tidur

Dia Sudah Pergi dan Tanganmu Baru Terulur

Di timur mentari bersinar cerah. Cahayanya memecah kegelapan malam. Ayam-ayam berkokok seakan bernyanyi riang menyambut Sang Surya, sebab beberapa hari terakhir hujan sering turun membasahi bumi. Hari ini, Marja mulai kembali mengemudikan bajajnya, melaju tersendat di antara mobil-mobil mengkilat. Sumijah pun mulai kembali bekerja di rumah Pak Lurah. Menjadi pembantu agar ekonomi mencukupi. Soleh bersekolah… Lanjutkan membaca Dia Sudah Pergi dan Tanganmu Baru Terulur

Ruang Tidur

Semangkuk Mie Ayam

Ketika malam semakin larut, hujan pun turun dengan deras. Petir menggelagar. Kilatan cahaya tak henti-hentinya menyala. Udara dingin menusuk. Soleh berjalan di bawah guyuran air hujan. Melangkahkan kakinya yang mungil dengan kemarahan. Membawa payung tapi tak ia gunakan. Air matanya menetes. Tubuhnya dibiarkan basah. Semakin basah juga hatinya yang resah. Semakin malam, semakin jauh langkah… Lanjutkan membaca Semangkuk Mie Ayam

Ruang Tidur

Kopi Traktiran Marja

Malam hari langit begitu indah. Bintang-bintang berkelip. Bulan purnama yang bulat memancarkan sinarnya yang terang. Sesekali terdengar suara jangkrik. Suara burung malam dan kepakan sayap kelelawar menambah keramaian malam. Angin malam berhembus pelan dan tenang. Di balai bambu depan rumah, Sumijah, istri Maja, dan Soleh, anak Marja, duduk memandangi bulan dengan kegelisahan. “Bapak kemana, Mak?… Lanjutkan membaca Kopi Traktiran Marja